Informasi terbaru Kondisi Istana Indragiri Memprihatinkan
RENGAT--: Kondisi replika istana Kerajaan Indragiri yang terdapat di Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau memprihatinkan dan tidak terurus.

Dari pantauan Antara di lokasi istana di Rengat, Minggu (28/11), banyak kerusakan
terjadi pada replika istana yang diresmikan pada 2008 lalu ini.

Terutama pada pagar istana dan bangunan yang rusak. Selain itu, istana yang berada di tepi Danau Raja tersebut juga tidak terawat terlihat dari tingginya rumput ilalang yang berada di lingkungan istana.

Istana yang dibangun dalam kurun waktu tujuh tahun semasa pemerintahan Bupati Thamsir Rahman tersebut, sedianya dijadikan objek wisata. Namun yang terjadi saat ini, istana tersebut lebih banyak digunakan oleh muda-mudi sebagai tempat pacaran.

Salah seorang warga, Rahmadi, mengatakan jarang dilakukan kegiatan di stana tersebut dan selalu terkunci. Begitu juga tidak ada petugas yang menjaga istana tersebut.

"Dulu memang ada Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja-Red) yang menjaganya, tetapi sekarang tidak ada lagi yang menjaganya. Makanya banyak anak muda yang menjadikan tempat tersebut sebagai tempat pacaran. Apalagi lokasinya berada di samping Danau Raja," jelasnya.

Padahal, lanjutnya, di istana tersebut menyimpan berbagai benda yang berkaitan dengan budaya Melayu serta pusaka peninggalan Kerajaan Indragiri. Kerajaan Indragiri merupakan kerajana Melayu.

Cucu dari Sultan Mahmud yang merupakan Raja Indragiri terakhir, Tengku Parameswara, mengatakan sangat menyayangkan hal tersebut. "Istana tersebut dibangun kembali untuk melestarikan nilai-nilai budaya Melayu. Jadi sangat disayangkan sekali jika ditelantarkan begitu saja," jelasnya.

Istana Indragiri yang asli sebelumnya telah roboh pada 1964 karena terkena abrasi Sungai Indragiri. Sementara lokasi replika terletak sekitar 100 meter dari lokasi istana yang asli. (OL-9)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com
Tinggalkan komentar anda tentang Kondisi Istana Indragiri Memprihatinkan

Informasi terbaru Banjarmasin Bangun Keraton Banjar
BANJARMASIN, KOMPAS.com - Banjarmasin sebagai daerah yang menuju kota metropolitan tentu tidak lupa pada sektor pariwisata. Pembangunan keraton Banjar atau kerajaan Banjar di kawasan Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan akan menjadi salah satu aset pariwisata menuju kota metropolitan. Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarmasin Fajar Desira, Selasa (16/11/2010).

Pembangunan keraton Banjar kawasan Sungai Gampa Kota Banjarmasin saat ini sudah masuk tahap pembahasan jajaran Pemerintah Kota. Rencana pembangunan keraton tersebut sudah mulai dilakukan studi kelayakan dengan menyiapkan lahan di kawasan Sungai Benua Anyar tepatnya di pesisir sungai Gampa. "Lahan untuk pembangunan keraton Banjar sudah dipersiapkan di kawasan Sungai Gampa dengan luas areal sekitar dua hektare lebih," kata Fajar.

Menurut Fajar, keberadaan keraton Banjar itu diharapkan dapat menunjang bidang pariwisata daerah Kalimantan Selatan, khususnya Kota Banjarmasin sebagai ibukota provinsi. Dengan adanya keraton Banjar, maka Kota Banjarmasin akan memiliki ikon khas seperti Kota Yogyakarta dan Solo yang memiliki keraton atau kerajaan.

Banjarmasin yang memiliki luas 72 Km persegi harus dikembangkan menjadi kota metropolitan. Fajar menyatakan bahwa jumlah penduduk Banjarmasin saat ini hampir 700 ribu jiwa dengan pertumbuhan penduduk setiap tahun sebanyak dua persen.

Karena itu, pengembangan wilayah kota Banjarmasin harus dilakukan terutama daerah pemukiman penduduk, pusat perbelanjaan, sarana umum, sarana hiburan dan pariwisata yang saat ini berkembang dengan pesat. Fajar berharap pada tahun 2020 akan terwujud Banjarmasin sebagai kota metropolitan.

Sumber : http://travel.kompas.com
Tinggalkan komentar anda tentang Banjarmasin Bangun Keraton Banjar

Informasi terbaru Labuhanbatu Gelar Malam Budaya Etnis di Lapangan Ikabina Rantauprapat
Rantauprapat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Labuhanbatu mulai 20 Nopember s/d 1 Desember 2010 menggelar malam seni dan budaya setiap malam di Lapangan Ikabina Rantauprapat. Hal itu berkaitan dengan rangkaian kegiatan Hari Jadi ke-65 Pemkab Labuhanbatu tahun 2010, yang resepsinya telah dilaksanakan 16 Oktober 2010 lalu.

Demikian dijelaskan Bupati Labuhanbatu dr H Tigor Panusunan Siregar SpPD melalui Kabag Humas Infokom Setdakab Labuhanbatu Drs Muksin Matondang didampingi Kasubbag Pemberitaan Armansyah Abdi SSos, Kamis (18/11) di ruang kerjanya.

Secara rinci Sugeng memaparkan jadwal penampilan etnis yang akan mengisi pagelaran seni dan budaya itu pada setiap malamnya mulai pukul.20.00 WIB tersebut, yakni Sabtu (20/11) pentas seni yang berdiri kokoh di Lapangan Ikabina Rantauprapat itu akan diisi dengan penampilan budaya Melayu, Minggu (21/11), budaya Batak Toba, Senin (22/11), budaya Tionghoa, Selasa (23/11) budaya Simalungun.

Sedangkan, Rabu (24/11) pagelaran akan diisi dengan penampilan budaya Minang, Kamis (25/11) budaya Jawa, Jum’at (26/11) budaya Batak Karo, Sabtu (27/11) budaya Aceh, Minggu (28/11) Penampilan Etnis Budaya Nias, Senin (29/11) budaya Dairi, Selasa (30/11) budaya Sunda dan pada malam terakhir, Rabu (1/12) akan diisi dengan penampilan budaya Tapanuli Selatan, jelas Drs Muksin Matondang.

Menurutnya, pelaksana kegiatan malam pagelaran etnis budaya pada setiap malamnya adalah ketua atau pengurus etnis masing-masing, sedangkan sebagai koordinator pelaksana adalah para Kepala SKPD di jajaran Pemkab Labuhanbatu, para asisten dan kepala bagian di lingkungan Setdakab yang telah dihunjuk Bupati Labuhanbatu. “Bupati Labuhanbatu sudah menghunjuk pelaksana dan para koordinator selama berlangsungnya kegiatan pagelaran etnis budaya itu pada setiap malamnya,” ucap Muksin Matondang.

Atas nama Bupati Labuhanbatu, Muksin Matondang juga menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat yang berdomisili di wilayah Kabupaten Labuhanbatu untuk menyaksikan pagelaran ini setiap malam di Lapangan Ikabina Rantauprapat. “Tujuannya adalah agar kita dan anak cucu lebih mengenal dari dekat etnis budaya dan kesenian-kesenian yang ditampilkan dari masing-masing etnis yang ada di Kabupaten Labuhanbatu tersebut,” kata Matondang. (S18/u)

Sumber : http://hariansib.com
Tinggalkan komentar anda tentang Labuhanbatu Gelar Malam Budaya Etnis di Lapangan Ikabina Rantauprapat

Informasi terbaru Angklung Semarakkan Pembukaan West Java World Music Festival
Bandung - Permainan angklung oleh 2010 pelajar SD hingga SMA menyemarakkan pembukaan West Java World Music Festival 2010 di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, Jalan Dipati Ukur, Bandung, Jumat (19/11). Festival musik dua hari itu menampilkan 15 musisi dan band dari dalam dan luar negeri.

Permainan angklung massal tersebut memainkan lagu diantaranya Peuyeum Bandung, Angklung is the Music of My Country, Yamko Rambe Yamko, dan Alusio. Seluruh lagu yang dimainkan secara medley itu dipimpin oleh seorang konduktor. "Kami berlatih sebulan, dua kali latihan gabungan," kata Fitrena, pelajar SMAN 8 Bandung, Jumat (19/11).

Permainan angklung itu juga untuk menyambut disahkannya angklung oleh UNESCO sebagai warisan dunia dari Indonesia pada 18 November. Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf saat membuka acara meminta kepada seluruh pelatih angklung dan musisi membuat karya angklung yang lebih hebat lagi.

Kolaborasi permainan kelompok Samba Sunda, Dwiki Darmawan, gitaris Colin Bass dari Inggris dan Jenny Weisgerber asal Jerman, serta Kamal Musalam dari Dubai, langsung menggebrak di awal pementasan. Hingga malam nanti, dua panggung akan bergantian diisi kelompok Malire, Komunitas Seniman Bangun Pagi, Jenny Weisgerber, Ttukunak, Kamal, dan Namin.

Kelompok Akarkina akan membuka panggung di hari kedua, Sabtu (20/11), mulai pukul 10.00 WIB. Disusul Warogus, Saratuspersen, 4Peniti dan Jenny Weisgerber, Colin Bass & Sambasunda serta Harry Pochang, Viky Sianipar, Krakatau, serta Darso. Penampilan Balawan akan menjadi penutup acara yang diselenggarakan oleh Dinas Budaya dan Pariwisata Jawa Barat itu. West Java World Music Festival mempertemukan musik, instrumen, dan musisi lokal di Jawa Barat dengan pemusik internasional. ANWAR SISWADI

Sumber : http://www.tempointeraktif.com
Tinggalkan komentar anda tentang Angklung Semarakkan Pembukaan West Java World Music Festival

Informasi terbaru Ketua PT Sumut Disambut Adat Melayu di Labuhanbatu
Setiap keputusan yang diambil hakim tentu tidak memuaskan pihak-pihak yang bersengketa. Jika di satu pihak ada yang senang, tentu di pihak lain merasakan hal sebaliknya.

Hal itu dikatakan Ketua Pengadilan Tinggi (PT) Sumut M Arif SH dalam sambutannya di Pendopo Rumah Dinas Bupati Labuhanbatu, Selasa (17/4) saat melakukan kunjungan kerja ke daerah penghasil karet serta sawit itu.

"Mahkamah Agung RI dalam setiap kesempatan selalu menginstruksikan agar jangan sampai hakim dipengaruhi untuk membuat putusan. Walau demikian keputusan yang diambil tentunya tidak memuaskan pihak yang bersengketa. Adil di satu pihak, belum tentu adil menurut pihak lain," ujar Arif.

Karena keputusan tersebut tentunya telah mempertimbangkan segala aspek. Apalagi setiap keputusan yang diambil hakim tetap berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa dan akan dipertanggungjawabkan di hari kemudian.

Berkaitan dengan kunjungannya, Ketua PT itu mengatakan dalam rangka melihat kondisi langsung keadaan Pengadilan Negeri (PN) Rantauprapat. Ini merupakan tugas pertama yang dilakukannya setelah dipercaya memimpin PT Sumut. Langkah pertama yang dilaksanakan adalah melakukan pembenahan ke dalam.

M Arif juga mengatakan, pengadilan merupakan salah satu dari pilar negara di sektor yudikatif. "Sektor yudikatif tidak mempunyai budget, namun memiliki power konstitusi," tandasnya.

Dijelaskannya, pengadilan tidak dapat menyidangkan suatu perkara sebelum berkas dilimpahkan oleh kejaksaan. Namun masih ada masyarakat yang tidak mengetahui hal itu dan memberikan laporan langsung ke pengadilan.

Sebelumnya Ketua DPRD Labuhanbatu Drs H Abd Roni Harahap dalam sambutannya mengatakan, tugas hakim cukup berat. "Terkadang hukum bertentangan dengan hati nurani," katanya.

Apalagi menurut Ketua DPRD, sebahagian besar hukum yang digunakan di Indonesia masih merupakan produk penjajah yang lebih memihak pada penguasa dan pengusaha. Karena itu, perubahan hukum yang dilaksanakan saat ini diharapkan dapat menambah perbaikan hukum di Indonesia.

Sedangkan Bupati Labuhanbatu HT Milwan dalam sambutannya mengatakan, kedatangan Ketua PT Sumut ke Labuhanbatu merupakan penghormatan kepada masyarakat Labuhanbatu, karena belum tentu setahun sekali ada Ketua PT Sumut yang datang ke Labuhanbatu.

Bupati Labuhanbatu juga berharap agar hukum dapat berjalan sesuai dengan harapan masyarakat, berlandaskan para koridor perundang-undangan yang berlaku.

Acara temu ramah tersebut juga dirangkaikan dengan penyematan pakaian adat Melayu kepada Ketua PT yang dilakukan Bupati Labuhanbatu HT Milwan didampingi Ketua TP PKK Labuhanbatu Hj Adlina Milwan, Ketua DPRD Kajari Adityawarman SH, Kasdim 0209/LB Mayor Inf L Malau, Wakapolres Kompol B Anies, Ketua PN Rantauprapat Mustofa SH.

Selain itu, para tokoh yang ada di Labuhanbatu antara lain Acen Susanto mewakili etnis Tionghoa yang memberikan upah-upah kepada Ketua PT Sumut. Acara tersebut juga diwarnai dengan sumbangan lagu dari para pejabat Labuhanbatu.

Sumber: www.harian-global.com
Tinggalkan komentar anda tentang Ketua PT Sumut Disambut Adat Melayu di Labuhanbatu

Informasi terbaru Kenapa Malacca Strait Jazz?
Pekanbaru- Perhelatan Malacca Strait Jazz bakal digelar 29-30 Juni 2007 mendatang. Perhelatan ini digelar Yayasan Riau Jazz Turbulence bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau. Sejumlah musisi jazz dunia dari Australia, Jerman, Filipina, Malaysia dan sejumlah musisi jazz Indonesia dan Riau dipastikan meramaikan perhelatan ini. Kenapa Malacca Strait Jazz?

HAL ini mungkin menjadi pertanyaan bagi masyarakat di Riau. Terlebih di Riau musik jazz bukanlah musik yang digandrungi, baik kalangan muda maupun tua, apatah lagi kalangan remaja dan anak-anak.

Ketua panitia Malacca Strait Jazz, M Gusrianto, ketika ditemui Riau Pos di Pekanbaru, mengatakan, pertanyaan semacam ini wajar-wajar saja, terlebih musik ini masih sangat asing bagi telinga masyarakat Riau. Ini bisa dimaklumi dan kami bisa memahaminya.

Dituturkannya, Selat Melaka merupakan tapak ingatan dunia (worlds plate of memory) tentang tumbuh dan berkembangnya peradaban bangsa Melayu. Bahwa Selat Melaka menjadi semacam “tabung leher” yang menghubungkan peradaban benua dunia yang berada di barat (occidental) dan peradaban dunia yang berada di sebelah timur (oriental).

Ketika menyebut Selat Melaka, sekaligus orang bisa menitip segala nilai dan kenyataan romantik apakah itu purba, klasik, kekinian dan masa depan. Bahwa di selat ini terhidang pelayaran-pelayaran tersarat di dunia dalam bentuk perdagangan laluan maritim, sekaligus bertemunya peradaban-peradaban yang diangkut melalui pelayaran itu sendiri. Di atas kapal-kapal cruise (pesiar) yang mengusung inter-continental tourism yang tak mengenal batas, maka di sepanjang selat Melakalah tersedia titik-titik romantik perhentian seperti Langkawi, Penang, Belawan, Selangor, Melaka, Dumai, Johor Bahru, Singapura hingga Bintan dan Palembang.

“Inilah titik-titik pertumbuhan tamadun Melayu yang mempengaruhi warna dunia. Selat ini menjadi taman dan media yang subur bagi perkembangan peradaban Melayu di muka bumi,” tuturnya.

Selat Melaka, adalah wadah berhimpunnya air dengan kekuatan peradaban aquatic-nya. Air menjadi anasir dominan yang mengisi bumi (70 persen). Demikianlah peradaban, siapa yang bisa menaklukkan air, terutama gelombang (wave), maka dialah yang menguasai dunia. Ingat adagium tua, Britain rule the wave, menjadi inspirasi anak-anak Birtania menaklukan dan melakukan perambahan ke sudut dan ceruk dunia. Demikianlah musik, juga harus menguasai gelombang; gelombang laut, gelombang cahaya, gelombang suara, gelombang bunyi. Riau harus bisa memanfaatkan keperkasaan jenis-jenis gelombang-gelombang itu yang tersedia dan terhidang di Selat Melaka.

Iven jazz yang gahara dan berlangsung dalam marwah yang terjulang di ranah Eropa, juga menggunakan tapak-tapak yang berdekatan dengan air laut. Di Belanda orang mengusung nama North Sea (laut utara) yang ditempel dengan diksi jazz. Sehingga North Sea adalah mata hitam, sedangkan jazz adalah mata putih, yang tak terpisahkan dalam korpus manusia modern di kontinental Eropa.

Demikianlah halnya dengan Java Jazz Festival, juga mengambil tapak ingatan sempena nama laut tempat kawasan romantik peradaban Jawa terbangun meranggi, sehingga mereka menyebutkan dengan sangat familiar, menjadi Java Jazz. Begitu pula Jak Jazz diambil sempena nama bandar besar yang bertengger di tepi tebing sebuah laut yang bergelora (laut Jawa). Begitulah, nama Malacca Strait Jazz diambil bertolak dari kesadaran perjalanan peradaban yang menyeruak melalui keperkasaan selat yang dalam sejarah merupakan selat tersibuk kedua setelah selat Channel yang memisahkan Inggris dan Prancis.

Kota-kota besar Melayu sejak dari Kuta Raja (Banda Aceh), Penang, Port Klang, Medan, Pekanbaru, Melaka, Johor Bahru, Singapura, Bintan, dan Batam adalah kota-kota yang “terberikan” oleh inayah dan kaidah selat Melaka. Nama event jazz di Pekanbaru ini, adalah sebuah cara kota di Sumatera ini mengungkapkan terima kasihnya kepada selat yang menjadi laluan nurani dan peradaban Melayu di dunia.

Sebuah kawasan yang bercita-cita mempertemukan dan menggauli segala peradaban dan kebudayaan dunia. Di sini tersemai cita-cita masyarakat terbuka, masyarakat yang gairah dengan dialog, dan cenderung membaharu (inovatif). Dan dengan cara beginilah, orang Melayu, musik Melayu, tamadun Melayu menyapa dunia.***

Sumber: Riau Pos
Tinggalkan komentar anda tentang Kenapa Malacca Strait Jazz?

Informasi terbaru Jika Jorok, Siapa Mau Datang ke Jambi?
Jambi- Gubernur Jambi H Zulkifli Nurdin menyatakan, Kota Jambi harus menjadi simpul dan etalase sebagai ibukota Provinsi Jambi, karena wisatawan tidak mau datang jika Kota Jambi jorok dan tidak aman.

Pernyataan Gubernur Zulkifli kepada wartawan di Jambi, Selasa sehubungan Kota Jambi memasuki usia ke-61 yang jatuh pada 17 Mei 2007.

Masyarakat Kota Jambi berharap di usia Kota Jambi yang ke-61 harus mampu menata keindahan kota yang bersih dan sejuk.

Untuk mewujudkan itu masyarakat harus bersatu padu mendukung program kerja walikota mengembangkan Kota Jambi.

Meski pembangunan Kota Jambi telah berkembang, namun masalah kebersihan harus menjadi prioritas.

Kebersihan itu adalah pokok bagi setiap ibukota provinsi di Indonesia karena itu menjadi simbol sekaligus memberikan nuansa yang baik bagi setiap pengunjung atau wisatawan terutama wisatawan mancanegara.

"Wisatawan akan kapok mengunjungi kembali kota yang pernah didatangi jika penataan kota itu jelek dan kotor," ungkap Zulkifli.

Sumber : Antara
Tinggalkan komentar anda tentang Jika Jorok, Siapa Mau Datang ke Jambi?

Informasi terbaru Hasil Kerajinan Aceh Dipamerkan
Banda Aceh- Berbagai hasil kerajinan tangan peserta KB Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dipamerkan pada puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas-XIV) di kota Ambon, Maluku, 26 Juni-1 Juli 2007.

Kepala Kantor BKKBN NAD H. Nasrullah Jakfar di Banda Aceh, Senin (25/06), menyebutkan hasil kerajinan peserta KB Aceh yang dipamerkan itu antara lain pakaian muslimah, peci khas Aceh, bordiran/sulaman benang emas, tas tangan, dompet dan makanan tradisional Aceh.
Hasil kerajinan peserta KB yang tergabung dalam kelompok unit Usaha Peningkatan Produksi Keluarga Sejahtera (UPPKS) itu dipamerkan bersama hasil kerajinan peserta KB dari provinsi lain di seluruh Indonesia.

Menurut Nasrullah, selain produksi hasil kerajinan tangan peserta KB, aneka produksi kaum perempuan yang tergabung dalam wadah Pendidikan Keterampilan Keluarga (PKK) NAD juga ikut meramaikan pameran peringatan puncak Harganas XIV di Ambon.

Total anggota rombongan dari NAD yang hadir di Ambon berjumlah 56 orang, termasuk dari kalangan PKK, peserta KB aktif dan kader teladan dari kalangan institusi masyarakat (IMP) yang akan menerima penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

“Semua anggota rombongan dari Aceh tampil di Ambon dengan mengenakan pakaian adat tradisional masyarakat Aceh, baik laki-laki maupun perempuan,” katanya.

Menurut dia, sebetulnya Gubernur Aceh Irwandi Yusuf beserta isteri, Darwati A. Gani, juga diundang, namun belum dapat dipastikan kehadirannya karena Ketua PKK NAD akan hadir bergabung bersama rombongan yang dikoordinasikan BKKBN NAD.

Memperingati Harganas XIV/2007, di NAD telah diadakan berbagai kegiatan, meliputi kegiatan donor darah, bakti sosial, pengobatan massal, dan pemindahan pengungsi korban banjir dari barak hunian sementara ke rumah permanen di Aceh Tamiang.

Sumber : http://beritasore.com
Tinggalkan komentar anda tentang Hasil Kerajinan Aceh Dipamerkan

Informasi terbaru Anwar Ibrahim Suka Puisi Taufik Ismail dan Rendra
Jakarta- Mantan Wakil Perdana Menteri (PM) Malaysia, Dato` Seri Anwar Ibrahim, pada kesempatan kunjungannya ke Jakarta mengatakan bahwa dirinya amat menyukai puisi-puisi karya Taufik Ismail dan WS Rendra.

"Taufik dan Rendra telah menjadi sahabat saya sejak lama," kata Anwar Ibrahim di Jakarta, Selasa.

Anwar Ibrahim mengatakan, hafal beberapa puisi karya Taufik Ismail dan Rendra.

"Memang tidak seluruhnya, hanya sepenggal-sepenggal saja. Yang paling saya hafal adalah puisi Taufik Ismail berjudul Mahasiswa yang kurang lebih isinya seperti ini, `mahasiswa takut dosen, dosen takut rektor, rektor takut menteri, menteri takut presiden dan presiden takut mahasiswa`," katanya.
Menurut Ibrahim, Malaysia memang pada mulanya banyak menimba ilmu kesenian dari Indonesia.

"Ibunda saya yang tidak fasih berbahasai Inggris, ketika itu amat familiar dengan novel-novel dari Indonesia, seperti karya Abdoel Moeis ataupun novel bertajuk Siti Nurbaya," kata dia.

Ia mengatakan, ketika generasinya mulai bertumbuh, Anwar banyak mendapatkan bahan bacaan dari Indonesia, sehingga banyak sekali ilmu-ilmu seni dan ilmu lainnya yang telah meresap dalam dirinya.

"Selain ilmu kesenian, Malaysia juga banyak menimba ilmu dari Indonesia tentang ilmu-ilmu ke-Islaman," katanya menambahkan. (*)

Sumber : www.antara.co.id
Tinggalkan komentar anda tentang Anwar Ibrahim Suka Puisi Taufik Ismail dan Rendra

Informasi terbaru Festival Musik Internasional Digelar di Riau
Pekanbaru- Malay Music Institute bersama Dinas Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata (Budsenipar) Provinsi Riau akan menggelar festival musik internasional yang mengolaborasikan antara musik tradisional dan modern bertajuk "Riau Hitam Putih Internasional 2007", 27-28 Juli 2007.

Direktur Malay Music Institute, Pulsiamitra di Pekanbaru mengatakan, acara tersebut bertujuan untuk memperkenalkan perpaduan kedua jenis musik tersebut kepada generasi muda.

"Acara ini juga ditujukan bagi pelestarian dan pengembangan musik Melayu di antara maraknya musik modern yang kian tak terbendung, dengan menampilkan musik tradisional tersebut dalam festival musik berskala internasional," katanya.

Festival akbar tersebut akan menghadirkan grup musik dari dalam dan luar negeri, di antaranya Field Players & Red White Bottom dari Kuala Lumpur, Komunitas Maestro dari Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Dewan Kesenian Lampung dari Lampung, Gilang Ramadhan dengan grup musik Nera dari Jakarta, De Lima Malay Youth dari Singapura, Trio Dingo dari Australia, Group Musik dari Venezuela, Dubai, India, Filipina, Thailand, serta dari kabupaten/kota se-Provinsi Riau.

Kepala Dinas Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata Provinsi Riau, Jhoni Irwan mengatakan pihak pemerintah provinsi sangat mendukung acara tersebut karena dinilai akan membawa dampak positif bagi promosi wilayah Riau di mata nasional dan internasional.

Selain itu, acara tersebut menurut dia akan membawa dampak positif bagi sosialisasi musik tradisional khususnya Melayu kepada generasi muda.

Sementara itu, pengamat musik Ben Pasaribu menyatakan, Provinsi Riau dengan posisi geografis yang strategis yakni terletak di pusat Pulau Sumatera dan berbatasan dengan negeri tetangga, sangat menguntungkan untuk mengangkat budaya tradisional dipadukan dengan modernisasi.

Sumber : www.antara.co.id
Tinggalkan komentar anda tentang Festival Musik Internasional Digelar di Riau

Informasi terbaru Dephan Siap Tolak DCA
Singapura Kerahkan 25 Kapal Perang
Jakarta- Berbeda sikap dengan Departemen Luar Negeri, Dephan akhirnya siap membatalkan perjanjian pertahanan dengan Singapura. Sebelumnya, dalam beberapa kali dengar pendapat dengan DPR, pemerintah melalui Menteri Luar Negeri bersikukuh DCA tak bisa dibatalkan. Direktur Jendral Strategi Pertahanan Dephan Mayjen Dadi Susanto mengatakan, keputusan pembatalan diambil jika Singapura tetap memaksakan permintaannya di area Bravo.

“Indonesia teguh dalam posisinya karena area itu bagian dari wilayah kedaulatan Indonesia meskipun konsekuensinya DCA dibatalkan,” ujar Dadi dalam diskusi di kawasan Menteng, Jakarta. Selain Dadi, acara yang diprakarsai Centre for Dialogue Cooperation and Civilization (CDCC) itu dihadiri Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, anggota Komisi 1 DPR Abdillah Thoha dan peneliti militer Rizal Sukma.

Singapura, kata Dadi, meminta latihan selama 45 hari per tiga bulan. Juga, melibatkan 25 kapal per latihan.

”Padahal mereka punya 32 kapal, itu berarti hampir semua dipakai, kita menolak keras,” kata jenderal kelahiran Salatiga itu.

Negeri Singa juga meminta 20 pesawat tempur dalam latihan di kawasan sekitar Laut Natuna tersebut. “Jumlahnya banyak sekali, ya pantes-pantesnya empat saja,” kata Dadi.

Lulusan Akmil 1972 itu menjelaskan, pembahasan DCA menjadi set back (mundur) setelah pemerintah Singapura memaksa Indonesia mengakui draf yang sudah ditandatangani di Tampaksiring, Bali.

Padahal, kata Dadi, draf itu belum mengatur secara detail prosedur latihan di wilayah bravo. “Yang diatur baru daerah Alpha 1 dan Alpha 2, sesuai pasal 6 DCA, semua wilayah harus diatur implementing arrangement-nya,” katanya.

Mantan Atase Pertahanan untuk Amerika Serikat itu mengakui Singapura sulit diajak kompromi. “Masalahnya kecil, tapi alot apalagi mereka negara pedagang, semua dihitung untung-ruginya,” kata Dadi.

Di tempat yang sama, Abdillah Thoha menyatakan sikap Dephan terlambat dalam menyikapi DCA. “Kenapa dulu mau merumuskan draf Tampaksiring, diberi makan apa tim perunding kita di Singapura,” katanya disambut tawa puluhan peserta diskusi.

Politisi PAN itu juga mempermasalahkan sikap pemerintah yang tidak satu kata. “Tampaknya Dephan dan Deplu harus duduk bersama dulu baru menghadapi Singapura bersama-sama,” katanya.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin yang hadir sebagai peserta diskusi meminta kepentingan masyarakat di daerah latihan menjadi pertimbangan utama. “Jangan sampai mengejar keuntungan sesaat tetapi mendatangkan kemudharatan yang lebih banyak,” katanya.
Menlu: DCA Tak Bisa Dibatalkan.

Sebelumnya, penolakan sejumlah fraksi di DPR untuk meratifikasi perjanjian pertahanan (Defense Cooperation Agreement/DCA) RI-Singapura ditanggapi dingin oleh Departemen Luar Negeri. Menteri Luar Negeri Hasan Wirajuda menyatakan bahwa kedua negara mempunyai kepentingan sama tetapi terbalik.

Saat rapat kerja dengan Komisi I pada 26 Juni lalu, Hasan menjelaskan bahwa saat ini kepentingan parlemen RI dan Singapura saling bertolak belakang. Dilihat dari kepentingan nasional masing-masing negara, parlemen Indonesia ingin segera meratifikasi perjanjian ekstradisi. Sementara pemerintahan Singapura, karena kepentingannya, ingin meratifikasi perjanjian pertahanan.

”Sama-sama mempunyai kepentingan, tapi terbalik,” katanya. Hasan sempat mengatakan bahwa perjanjian ekstradisi dan DCA adalah masalah ruang dan uang. Artinya Singapura membutuhkan ruang bagi militernya untuk melakukan latihan perang. Pada sisi lain, Indonesia mempunyai kepentingan untuk menarik kembali asset para koruptor yang selama ini bersembunnyi di negeri pulau tersebut.

Karena itu penolakan ratifikasi oleh sejumlah fraksi di DPR dinilai wajar. Namun Menlu menolak desakan berbagai pihak yang meminta agar pemerintah membatalkan perjanjian tersebut. Menurut dia sebuah perjanjian hanya bisa dibatalkan ketika sudah berlaku. Padahal suatu perjanjian baru akan berlaku ketika sudah diratifikasi. ”Jadi kalau tidak (diratifikasi, red) ya tidak berjalan,” tambahnya.

Dengan alasan itu, pihak pemerintah belum menyerahkan DCA kepada DPR dan juga belum ada permohonan untuk meratifikasi. Memang dalam beberapa kasus perjanjian tidak memerlukan ratifikasi. Namun dalam konteks DCA perjanjian itu memerlukan pembahasan bersama antara pemerintah dan DPR untuk melakukan ratifikasi.

”Kondisinya terbalik, parlemen Indonesia menolak perjanjian pertahanan, sedangkan perjanjian ekstradisi ditolak parlemen Singapura,” kata Hassan.

Dalam raker itu anggota Fraksi Partai Damai Sejahtera Jeffrey Johanes Massie kembali menyatakan penolakannya terhadap ratifikasi DCA. Menurut dia kesalahan besar bagi pemerintah menyatukan DCA dengan perjanjian ekstradisi. ”DCA sangat-sangat merugikan kita, saya secara pribadi menolak untuk meratifikasinya,” tandasnya.

Pengamat militer Andi Widjajanto mengatakan, pemerintah akan melanggar hukum internasional jika membatalkan perjanjian itu secara sepihak. ”Yang bisa hanya parlemen, sedangkan panglima dan menteri luar negeri tidak punya kewenangan,” ujarnya di sela-sela acara ujian promosi doktor Kolonel Ahmad Yani Basuki di Auditorium FISIP UI Depok.

Andi menambahkan, aturan pelaksanaan yang menjadi kendala pembahasan seharusnya tidak terjadi. “Sebaiknya, sebelum perjanjian Tampaksiring itu ditandatangani semua draf termasuk aturan pelaksanaan sudah di atas meja,” katanya.
Deplu, kata Andi, juga tidak bisa terlibat terlalu dalam pada penyusunan pasal demi pasal perjanjian militer. ”Paling banter hanya pada prosedur traktatnya saja, kalau teknis seperti jumlah rudal, spesifikasi pesawat, dan semacamnya, saya kira Deplu tidak akan terlibat sejauh itu,” ujarnya.

Apalagi, masing-masing angkatan sudah mulai bersikap sendiri-sendiri terhadap perjanjian pertahanan itu. Misalnya, soal lahan latihan di Baturaja yang disikapi tegas oleh TNI Angkatan Darat. “Apalagi KSAD telah menolak keterlibatan negara ketiga di wilayah itu, Singapura pasti juga akan berpikir ulang,” katanya.

Tak Pengaruhi SEZ
Dalam pada itu, Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Wardana mengatakan, tidak ada kaitan antara Defense Cooperation Agreement (DCA) yang masih dalam proses dengan kerja sama ekonomi dengan Singapura, terutama mengenai Special Economic Zone (SEZ) di Batam, Bintan dan Karimun (BBK).

Hal itu disampaikan Wardana kepada Batam Pos, di sela-sela acara ’’Batam Investment Mission” yang diselenggarakan bersama oleh Singapore Chinese Chamber of Commerce & Industry (SCCCI) dan Kabil Industrial Estate (KIE), Kamis (28/6) di Turi Beach, Nongsa.

”Saya kira tidak ada kaitannya, ya. Saya tidak melihat ada kaitan, kerja sama pertahanan (DCA, red) itu juga kan masih dalam proses dan pemerintah pun belum menyampaikan ke DPR untuk ratifikasi karena ada beberapa masalah teknis dalam arti implementing arrangement-nya harus dibicarakan dulu dengan pihak Singapura,” ujar Wardana.

Ia melanjutkan, baik Menteri Luar Negeri (Menlu) maupun Menteri Pertahanan (Menhan) belum menyampaikan secara formal ke DPR. Ketika ditanya reaksi yang terjadi di tingkat lokal mengenai DCA tersebut, Wardana menjelaskan, DCA tidak terlalu menjadi ganjalan dalam menjalankan hubungan bisnis antara Indonesia dengan Singapura.

”Karena memang, komplementaritas (kepentingan ekonomi) kita sangat tinggi sekali. Reaksinya kan dalam konteks DCA, tapi prospek bisnis hubungan ekonomi saya optimis sekali masih akan berkembang,” tambahnya.

Sumber : Batam Pos
Tinggalkan komentar anda tentang Dephan Siap Tolak DCA

Informasi terbaru Balai Perapatan Kesultanan Asahan Diratakan
Menyusul diruntuhkannya Istana Kesultanan Asahan yang selama ini menjadi kebanggaan, kini giliran Balai Perapatan Kesultanan Asahan. Bangunan bersejarah itu turut diruntuhkan demi perluasan bangunan gedung bertingkat yang dilakukan para pengembang.

Menurut catatan, bangunan ini merupakan lambang peradaban masyarakat Tanjungbalai, yang waktu itu dibangun secara bersamaan dengan Istana Kesultanan Asahan pada tahun 1888. Letaknya berada tidak jauh dari bangunan istana yang runtuh pada tahun 1970.

Tanjungbalai yang kini memasuki usia 325 tahun ini, tidak memiliki peninggalan bangunan bersejarah. Kejayaan pemerintahan kerajaan Kesultanan Asahan kini tinggal kenangan. Satu-satunya yang tinggal adalah Masjid Raya Sultan Ahmadsyah dan bangunan kerajaan lainnya yang masih bertahan.

Balai Perapatan Kesultanan ini berdiri di atas lahan 2 hektar lebih di Kelurahan Pantai Burung Tanjungbalai Selatan, meski di atas pertapakan bangunan bersejarah itu merupakan hak para pewaris Kesultanan Asahan, namun bangunan bersejarah itu adalah juga milik masyarakat Tanjungbalai.

"Pemerintah hingga kini belum ada memiliki keinginan untuk merelokasi bangunan bersejarah itu atau minimal mempertahankannya," ujar Drs Adi Karma pengurus Partai Demokrat (PD) Tanjungbalai.

Informasi yang dihimpun, lahan di sekitar Balai Perapatan Kesultanan Asahan ini sebelumnya telah dijadikan Asrama Brimob. Pada zaman Belanda, dibangun perkantoran dengan nama Kantor Dinas Sosial dan Kerapatan.

Pada tahun 1967, terdengar kabar tanah tersebut diperjualbelikan kepada salah seorang pengusaha di Tanjungbalai.

Terakhir, terdengar kabar tanah itu telah beralih tangan kepada salah satu bank di Tanjungbalai, setelah para pemilik tidak mampu membayar kredit jaminan sertifikat tanah yang telah habis tenggang waktu, sehingga tanah itu dilelang bank pada salah seorang pengusaha.

Kini, di atas tanah tersebut akan dibangun sebuah gedung perusahaan.

Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Tanjungbalai melalui Kepala Tata Usaha Banding mengakui, hingga kini BPN Tanjungbalai tidak mengetahui status tanah Balai Perapatan Kesultanan Asahan itu.

Menurut Adi Karma, bangunan milik raja-raja di Tanjungbalai, status tanahnya tetap dikuasai keturunannya, tetapi tanah milik Pemerintah Belanda, jatuh ke tangan Pemerintah RI. Sayangnya, keturunan raja-raja ini tidak pernah mempertahankan nilai-nilai sejarah untuk generasi selanjutnya. "Malah mereka banyak menjual aset sejarah ini kepada pihak ketiga, yang akhirnya berganti menjadi nilai ekonomis," ujar Adi karma.

Sumber : www.harian-global.com
Tinggalkan komentar anda tentang Balai Perapatan Kesultanan Asahan Diratakan

Informasi terbaru 2 Kabupaten Baru di Sumut Disahkan
Jumlah kabupaten di Sumatera Utara (Sumut) kini bertambah. Dua kabupaten baru di provinsi ini kemarin disahkan sesuai UU. Kabupaten baru itu yakni Padang Lawas dan Angkola Sipirok. Dua kabupaten hasil pemekaran Tapanuli Selatan ini disahkan melalui rapat paripurna DPR, Selasa (17/7).

Selain itu, DPR juga mengesahkan enam kabupaten lainnya yakni Pasawaran (Lampung), Serang (Banten), Kuburaya (Kalbar), Tanatidung (Kaltim), Manggarai Timur (NTT) dan Kotatua (Maluku). Pengesahan delapan kabupaten itu disetujui 10 fraksi di DPR secara aklamasi.

Rapat paripurna itu dipimpin Wakil Ketua DPR Soetardjo Soerjogoeritno itu disaksikan Mendagri (ad interim) Widodo AS dan Mensesneg Hatta Radjasa. Fraksi-fraksi berharap, pembentukan daerah pemekaran baru ini bisa semakin mendekatkan pelayanan pada masyarakat dan menumbuhkan partisipasi dalam pembangunan.

Fraksi-fraksi juga mengingatkan bahwa pemekaran harus dikawal dan dijaga agar tidak disalahgunakan oleh para elite lokal untuk mengejar kepentingan pribadi dan kelompok.

Sambutan diekspresikan tokoh masyarakat dan DPRD Tapanuli Selatan ketika pimpinan rapat menyebut Padang Lawas dan Angkola Sipirok disahkan menjadi daerah otonom. Teriakan histeris, tepuk tangan dan haru pun membahana dari warga Sumut yang menyaksikan paripurna ini.

Sumber : www.harian-global.com
Tinggalkan komentar anda tentang 2 Kabupaten Baru di Sumut Disahkan

Informasi terbaru Kain Tradisional Palembang Melestarikan dan Menghidupi
Kawasan Kebun Pisang, Sebrang Ulu, Palembang, Sumatera Selatan, hanya satu dari beberapa daerah yang menjadi ”pusat” para perajin penghasil kain tradisional, seperti songket, jumputan, dan tajung.

Di deretan bangunan rumah panggung yang bercampur bangunan berdinding bata, dengan sebagian lorong jalan yang hanya cukup untuk lewat sepeda motor itu, terdengar bunyi alat tenun bukan mesin (ATBM) bersahutan.

Di kawasan yang bisa dikatakan padat itulah kain tradisional Palembang dihasilkan. Di sela-sela areal terbuka yang sangat terbatas itu pun dipenuhi kain-kain jumputan yang baru selesai diproses dan tengah dijemur. Lalu-lalang orang di bawah lambaian jemuran kain jumputan bagi warga Kebun Pisang menjadi hal biasa. Tak ada yang merasa terganggu dengan kondisi itu.

”Hampir semua warga di sini adalah perajin. Kami sudah terbiasa dengan suasana produksi. Sejak kecil, saya sudah mengenal songket, jumputan, dan tajung. Nenek saya pun perajin songket, ada pula kerabat kami yang membuat tajung,” cerita Sania Sukanto (30), perajin kain tradisional Palembang berlabel Zakiah Collection.

Tak terputus
Bagi para perajin kain tradisional itu, menekuni usaha ini tak sekadar untuk bertahan hidup, tetapi dilandasi keinginan meneruskan apa yang telah dirintis leluhur. Seperti Nia, panggilan Sania Sukanto, yang sejak masih kanak-kanak tinggal di lingkungan perajin kain tersebut. Dia mengaku, dorongan untuk menjadi perajin begitu besar.

”Kami delapan bersaudara, empat di antaranya perajin kain, tiga orang berusaha konfeksi. Rumah ini juga yang dipakai nenek saya membuat songket,” kata Nia menunjuk rumah panggung yang dia tinggali bersama suaminya, Sukanto (36), dan anak mereka.

Berkah dari menekuni kain tradisional juga dirasakan Haji Aceng (30), perajin jumputan. Selain dipasarkan di Palembang dan sekitarnya, produk jumputannya juga dikirim ke Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Tahun 2009, ia berkesempatan ikut pameran di Samarinda, Kalimantan Timur.

Dia juga sudah memahami selera konsumen. Katanya, pasar Sumatera biasanya menuntut warna-warni motif yang lebih berani, sedangkan konsumen di Pulau Jawa umumnya menyukai jumputan dengan gradasi warna-warna lembut.

”Alhamdulillah meski tidak banyak, tetapi permintaan jumputan itu kontinu, tak terputus. Dalam seminggu, minimal kami membuat sekodi kain,” kata Haji Aceng, yang menunaikan ibadah haji juga dari hasil sebagai perajin jumputan.

Irfan Daya Putra (42), Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Muhammadiyah, Palembang, sempat beberapa tahun bekerja dan berusaha di bidang lain. Namun, sejak tahun 2008, ia menekuni kerajinan kain tajung dan blongsong bermodal Rp 150 juta-Rp 200 juta.

Kalau tajung dan blongsong biasanya berbentuk sarung (dan selendang), Irfan juga membuatnya dalam bentuk kain sepanjang 5 meter-25 meter, tergantung pesanan. Dalam sebulan, ia rata-rata memproduksi 280 meter kain.

Selain mendapat penghasilan dan melestarikan kain tradisional, dia juga membuka lapangan kerja bagi puluhan orang. ”Ada delapan orang yang mengerjakan ATBM, enam orang mewarnai, dan empat orang untuk pencucian. Kalau pesanan banyak, jumlah mereka (pekerja) bisa naik dua-tiga kali lipat,” kata Irfan, perajin kain tajung di Soak Simpur, Pagar Gunung, Kecamatan Sukarame, Palembang.

Barter bahan baku
Tak hanya ”wong kito” yang menjadi perajin kain tradisional di daerah Kebun Pisang, Palembang. Marjuki (38), pria asal Jawa, sejak menikah dengan perempuan asal Palembang sekitar 17 tahun lalu pun bergiat sebagai perajin jumputan.

”Keluarga istri saya perajin jumputan. Saya belajar dari kakak ipar,” ujarnya. Dia memunyai sedikitnya 30 pola motif jumputan tradisional.

Marjuki tak hanya membuat jumputan dengan motif tradisional Palembang yang dia sebut titik tujuh, kuping, keong, mawar atau bintang, tetapi juga memodifikasi motif-motif tradisional itu. Satu set jumputan sarimbit yang dikerjakan sekitar tujuh hari, dijualnya seharga sekitar Rp 350.000.

”Keuntungan kami tak banyak, berkisar 10 persen saja,” kata Marjuki sambil menjelaskan proses pembuatan jumputan, mulai dari menjiplak pola sampai pewarnaan. Dia menjual produknya ke pasar-pasar di Palembang.

Tahun 2005, katanya, permintaan jumputan sekitar lima kodi. Namun, tahun ini rata-rata dalam seminggu hanya dua kodi. Menurunnya permintaan pasar membuat ruang gerak Marjuki terbatas. Dulu, dia bisa membeli bahan baku langsung. Kini, demi kelangsungan produksi, dia dan sebagian perajin jumputan terpaksa melakukan sistem barter.

”Kain jumputan kami langsung ’ditukar’ dengan bahan baku, seperti kain organdi, sutra, dan benang-benang. Kalau menanti semua produk kami terjual baru membeli bahan baku, tidak mungkin; karena pedagang baru membayar sebulan, bahkan tiga bulan kemudian,” cerita ayah dua anak ini.

Meskipun ”berstatus” perajin, Nia tidak hanya menjual produknya ke pusat perbelanjaan di Palembang. Setidaknya sekali setahun dia mengikuti pameran di Jakarta. Bahkan, sejak dua tahun lalu, Nia juga memasarkan produknya melalui internet.

”Saya pernah mengikuti pelatihan yang diadakan Departemen Perindustrian. Di sini saya mengenal internet,” kata Nia yang belakangan lebih fokus pada songket yang tengah naik daun. Dia juga membuat perpaduan antara songket dan jumputan palembang dalam satu kain, yang baru muncul awal tahun 2010 ini. (BOY/CP)

Sumber : http://oase.kompas.com
Tinggalkan komentar anda tentang Kain Tradisional Palembang Melestarikan dan Menghidupi

Informasi terbaru “Tanamkan pendidikan karakter melalui kebudayaan”
Solo â€"Upaya menanamkan pendidikan karakter bisa dilakukan dengan sarana kebudayaan. Selain efektif, hal ini juga sekaligus mengajak siswa mencintai budaya Indonesia.

Pendapat itu disampaikan dosen Jurusan Pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Sunarto Sindhu SKar, saat ditemui Espos seusai mengisi acara Pentas Budaya di SD Muhammadiyah 1 Solo, akhir pekan lalu.

Sindhu menerangkan jika seorang anak mengenal budaya sejak dini, diharapkan muncul kesenangan terhadap budaya, lalu ada keinginan mempelajari bahkan melestarikannya. “Jika sudah ada perasaan memiliki budaya, anak akan mencintai dan berusaha melestarikannya,” jelasnya.

Ia mencontohkan media wayang bisa menjadi salah satu sarananya. Jika guru di sekolah tidak ada yang bisa bermain wayang, mereka bisa mengajak kerjasama orang yang bisa mendalang. Pada saat pertunjukkan wayang itulah, pendidikan karakter bisa dilakukan. Dalang, terangnya, bisa mencontohkan bagaimana kehidupan seseorang yang berperilaku baik dan berperilaku jahat.

“Pertemukan tokoh baik dan tokoh jahat. Lalu ceritakan bagaimana kehidupan tokoh jahat, bagaimana tokoh baik. Hal ini bisa dicerminkan melalui tingkah laku, sopan santun dan kegiatan sehari-hari. Misalnya anak nakal yang suka merokok kemudian diceritakan suatu saat menderita sakit paru-paru,” ungkapnya.

Pendapat sebagian orang bahwa wayang adalah budaya kuno, terangnya, bisa dibantah jika dalang bisa memodifikasi cerita dan tokohnya. Jika wayang akan ditujukan sebagai media pembelajaran bagi anak-anak, dalang seharusnya menyesuaikan jalan cerita dan tokohnya. Hal ini ia lakukan ketika dirinya mementaskan wayang golek di hadapan sekitar 120 siswa kelas IV SD Muhammadiyah 1 Solo, akhir pekan lalu.

Kepala SD Muhammadiyah 1 Solo, Drs Muh Abu Nasrun MPd mengungkapkan kegiatan itu sengaja digelar dengan tujuan untuk menanamkan rasa cinta anak terhadap seni dan budaya. Menurutnya seseorang yang mencintai seni, biasanya adalah pribadi yang berperasaan lembut. Sehingga sentuhan kepribadian terhadapnya lebih mudah. “Perasaannya lebih peka,” ujarnya.

Sindhu juga mengingatkan agar orangtua mewaspadai seorang anak yang sering menonton sinetron. Pasalnya pada kebanyakan sinetron, seorang tokoh yang berperan jahat, digambarkan selamanya jahat. Seolah hidup manusia itu tak pernah berubah. Bukan tidak mungkin ketika seorang anak sering menonton sinetron akan timbul persepsi bahwa seseorang yang jahat, akan selamanya jahat. ewt

Sumber : http://www.solopos.com
Tinggalkan komentar anda tentang “Tanamkan pendidikan karakter melalui kebudayaan”

Informasi terbaru Seminar Internasional Bahasa dan Sastra di Palembang
Sumatra - Forum Kajian Identitas Bahasa, Sastra, dan Budaya Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan menggelar Seminar Internasional Bahasa, Sastra, Budaya, dan Pengajaran Bahasa dan Sastra, di Hotel Sandjaja Palembang, 1-2 Juni 2010.

Ketua panitia seminar internasional bahasa dan sastra itu, Ery Agus Kurnianto, didampingi humasnya, Dian Susilastri, di Palembang, Selasa, menjelaskan bahwa dalam seminar bertema "Politik Identitas: Lokalitas Bekonteks Global dalam Wacana Multikultural" mengundang dan dihadiri 300-an peserta dari sejumlah daerah di Indonesia dan negara tetangga.

Pembicara dan peserta adalah para pakar yang berminat dalam bidang bahasa, sastra, budaya, dan pengajarannya.

Pemakalah kunci adalah Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel), H Alex Noerdin, dengan delapan pemakalah utama, dan 60 pemakalah pendamping, serta melibatkan 200-an peserta aktif, kata Ery pula.

Mereka semua berlatar belakang peneliti, dosen, guru, mahasiswa, dan pemerhati masalah bahasa, sastra, budaya, dan pengajaran, ujar dia lagi.

Beberapa pemakalah penting, antara lain Dr Sugiyono (Pusat Bahasa), Prof Hj Siti Zainon Ismail (Malaysia), Prof H Hasyim (Brunei Darussalam), Prof Azhar Ibrahim (Singapura), Prof Chuzaimah Dahlan Diem (Unsri Palembang), dan Eddy Santana Putra (Wali Kota Palembang).

Seminar berlangsung dua hari ini, menurut Ery, menjadi sangat penting bagi idealisme negara-bangsa dalam menentukan arah pembentukan identitasnya dalam kancah global dengan perspektif humaniora.

Dia menjelaskan, bahwa humaniora merupakan bidang relatif lebih arif dan fleksibel dalam melihat dinamika identitas yang selalu mencari bentuk.

Di dalamnya juga perlu peran media massa sebagai penyebar informasi yang positif dan konstruktif dalam penyadaran politik identitas negara-bangsa, kata Ery pula.

Dian Susilastri menambahkan, bahwa Forum Kajian Identitas Bahasa, Sastra, dan Budaya (Forkibastra) merupakan sebuah forum yang akan berkonsentrasi pada pengkajian identitas bahasa, budaya, dan sastra beserta pengajaran dan pembelajarannya.

Tujuan seminar internasional yang diselenggarakan Forkibastra Balai Bahasa Provinsi Sumsel, menurut Dian, untuk menggali identitas yang tercermin dalam bahasa, sastra, dan budaya.

Serta sekaligus meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dan sastra dalam dunia pendidikan menghadapi era global, menumbuhkembangkan sikap positif masyarakat terhadap bahasa dan sastra lokal sebagai bagian budaya dunia, kata Dian pula. (rs/RS/ant)

Sumber : http://www.beritadaerah.com
Tinggalkan komentar anda tentang Seminar Internasional Bahasa dan Sastra di Palembang

Informasi terbaru Raja se-Nusantara Bakal Hadir di Cirebon
CIREBON, - Selain menggelar acara yang terbuka untuk umum, dalam prosesi pengangkatan Putra Mahkota Kerajaan Kasepuhan, Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat menjadi Sultan Kasepuhan, pihak Keraton Kasepuhan juga akan menggelar acara pribadi. Acara tersebut akan dilangsungkan Rabu (9/6/2010) malam dan Kamis (10/6/2010) pagi.

Pada Rabu malam, Sultan Sepuh XIV beserta keluarga akan melangsungkan resepsi dengan mengundang para raja se-Nusantara. Bahkan dikabarkan, dalam resepsi itu juga akan ada obrolan tentang persiapan Festival Keraton Nusantara yang akan digelar di Palembang, akhir tahun ini.

Sementara Kamis pagi, Sultan Sepuh XIV dan keluarga akan berziarah ke Makam Sunan Gunung Jati dan keturunannya, di Komplek Astana Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. "Itu khusus untuk Sultan dan keluarga keraton saja," kata Jajat.

Sementara pantauan Tribun, komplek Keraton Kasepuhan sudah dibersihkan dan ditata sedemikian rapi. Ruangan yang akan dijadikan tempat selataman 40 hari Sultan Sepuh Pakuningrat dan pengangkatan Sultan Sepuh Arief Natadiningrat sudah disiapkan.

Semua karpet yang akan dijadikan alas duduk sudah digelar dan dibersihkan. Maklum, selama prosesi acara, semua tamu undangan tidak diperkenankan duduk di kursi. Mereka akan duduk lesehan dengan beralaskan karpet.

Sementara tidak ada pemasangan umbul-umbul berlebihan sebagai penanda akan ada acara besar di keraton. Yang terlihat hanya beberapa umbul-umbul berwarna kuning dipasang di pintu masuk keraton sampai halaman depan keraton. (Tribun Jabar)

Sumber :
Tinggalkan komentar anda tentang Raja se-Nusantara Bakal Hadir di Cirebon

Informasi terbaru Minat Pemuda Terhadap Budaya Minim
SAMBAS. Lunturnya dialek bahasa Melayu di kalangan generasi muda Malaysia patut menjadi pelajaran bagi kita. Miris dengan kondisi tersebut, mahasiswa Akademik Pengkajian Melayu (APM) Malaysia melakukan Studi Banding Budaya Melayu di Kabupaten Sambas selama seminggu.

Sebanyak 23 mahasiswa S2 tersebut berasal dari Universiti Malaya. Sabtu (12/6) lalu, mereka mengawali penelitiannya mengenai budaya Melayu di Desa Sebadi dan Desa Ratu Sepudak, Kecamatan Teluk Keramat.

Guna mendukung kegiatan tersebut, Dinas Pemuda Olahraga, Budaya dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Sambas mengenalkan situs sejarah budaya Sambas, diantaranya Istana Alwatzikoebillah Sambas, ziarah ke Makam Ratu Sepudak dan menyaksikan secara langsung seni tradisional, seperti Tari Otar-otar, Bekesah dan dialek bahasa Melayu. “Tak hanya itu, para mahasiswa juga menyaksikan seni Ratib Saman dan pertunjukan Alok Gambang,” kata Kabid Budaya Disporabudpar Kabupaten Sambas Sherly Nurlita SH didampingi Kasi Budaya Disporabudpar Kabupaten Sambas Tajili kepada Equator, Sabtu (12/3) saat melakukan kunjungan ke Desa Sebadi, Kecamatan Teluk Keramat dan Desa Kota Lama, Kecamatan Galing.

Ditemui terpisah, Dosen Pembimbing Mahasiswa APM Dr Sudarsono mengatakan, banyak hal mereka peroleh setelah berkunjung ke Kabupaten Sambas, seperti Tari Otar- otar dan Desa Kota Lama Kecamatan Galing, yang tidak banyak mahasiswa Malaysia mengetahuinya. “Kebudayaan lain, adalah mengenal tradisi adat pernikahan Melayu Sambas. Kami juga menyaksikan pagelaran Tari Ratib Saman, Mayong, Bubu, dan Tari Radat di Desa Sebadi,” jelasnya.

Menurutnya, tidak banyak mahasiswa yang tertarik mengambil Jurusan Budaya Melayu. Justru, banyak mahasiswa di Malaysia menekuni bidang teknologi. Akibatnya, tidak banyak generasi muda disana yang tahu mengenai kebudayaan Melayu yang sesungguhnya. Bahkan, di Malaysia dialek bahasa Melayu sudah jarang ditemukan. “Ada sebagian kecil perkampungan yang masih dihuni warga Melayu dengan mempertahankan tradisi yang ada. Sementara di pusat kota, bahasa Melayu yang ada sudah bercampur dengan bahasa Inggris,” ungkapnya.

Kondisi ini paparnya, terjadi karena banyak pemuda maupun pemudi mengenyam pendidikan di luar negeri. Sehingga bahasa Melayu dan bahasa Inggris sering digunakan masyarakat Malaysia secara bercampur-campur. “Seiring berkembangnya teknologi, semakin meredupkan minat masyarakat meneliti budayanya,” ucapnya.

Oleh karena itu lanjutnya, kunjungan ke Kabupaten Sambas bertujuan untuk mengenalkan para mahasiswa dan berminat mendalami bahasa, adat dan budaya Melayu di Sambas. “Hasilnya akan menjadi sebuah referensi mahasiswa, setelah melihat secara langsung kebudayaan Melayu Sambas itu sendiri,” tegasnya.

Hal senada diungkapkan Amin, Ketua Regu Mahasiswa Malaya. Ia kagum dengan semua yang disaksikan dalam kunjungan ke Kabupaten Sambas. Mulai dari keramahtamahan masyarakat hingga sambutan yang diberikan masyarakat. “Banyak pagelaran sudah disaksikan, begitu juga dengan jamuan makanya. Sungguh luar biasa,” pujinya.

Sementara itu, Kepala Dusun Kota Lama, Kecamatan Galing Marwan menyambut baik kunjungan mahasiswa Malaysia untuk melakukan pengkajian kebudayaan Melayu Sambas. Ia berharap hasil kunjungan mahasiswa dapat makin mengenalkan seni dan budaya Kabupaten Sambas ke mancanegara. (edo)

Sumber : http://www.equator-news.com
Tinggalkan komentar anda tentang Minat Pemuda Terhadap Budaya Minim

Informasi terbaru Menteri Jero Wacik Buka Festival Sriwijaya
PALEMBANG, - Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, resmi membuka Festival Sriwijaya ke-19 di Gedung Dekranasda Jakabering Palembang, Rabu (16/6/2010) malam ini.

Pembukaan ditandai dengan penabuhan bedug diiringi tarian kreasi. Jero mengatakan sangat bahagia membuka festival malam ini karena dari sekian puluh festival yang dibukanya, hanya Festival Sriwijaya ke-19 yang dihadiri oleh Ketua MPR RI, Ketua DPR RI, anggota DPR RI dan unsur muspida Sumsel.

"Dari karnaval budaya yang dilihat sejak tadi sore, saya teringat pesan Presiden SBY yakni kadang-kadang kita terlalu sibuk dengan urusan politik dan lupa urusan seni budaya. Padahal budayalah yg mengikat kita semua. Di sinilah tempat kita bersatu. Jadi mari kita sering melakukan festival seni budaya," ujar Menteri Jero Wacik.(*)

Sumber : http://www.tribunkaltim.co.id
Tinggalkan komentar anda tentang Menteri Jero Wacik Buka Festival Sriwijaya

Informasi terbaru IPB Gelar Festival Permainan Tradisional Nusantara
Bogor - Institut Pertanian Bogor akan menggelar Festival Seni dan Permainan Tradisional Nusantara 2010 yang dipusatkan di Kampus Baranangsiang pada Minggu (20/6).

Menurut dosen pembimbing mahasiswa Program Ekowisata Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Ir Ricky Avenzora, MSc.F di Bogor, Jumat, pergelaran Festival Seni dan Permainan Tradisional Nusantara (FSPTN) 2010 itu pada dasarnya berupa kegiatan praktikum terpadu mahasiswa dalam dua mata kuliah pada semester empat.

Ke dua mata kuliah tersebut yaitu Mata Kuliah Ekowisata Budaya dan Mata Kuliah Rekreasi Anak dan Penyandang Cacat.

Rektor IPB Prof Herry Suhardiyanto dan Wali Kota Bogor Diani Budiarto dijadwalkan akan membuka FSPTN 2010, yang akan dimulai dengan pawai peserta dari Lapangan Sempur menuju kampus Baranangsiang.

Ia menjelaskan, kegiatan praktikum terpadu tersebut sudah dilaksanakan sejak lima tahun lalu, yaitu dengan tujuan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan berbagai pengetahuan dan teori yang telah mereka pelajari selama dalam ruang kuliah.

Selama lima tahun lalu, kata dia, kegiatan praktikum terpadu tersebut dilaksanakan hanya dalam skala kecil, yaitu sejalan dengan adanya urgensi dan kebutuhan untuk menguji-coba kegiatan dan sejalan dengan adanya berbagai keterbatasan secara internal.

"Setelah menerapkan selama lima tahun dan mengevaluasi manfaat kegiatan praktikum terpadu tersebut maka maka mulai tahun 2010 ini kegiatan tersebut akan selalu dilaksanakan dalam skala yang lebih besar dan lebih bermanfaat untuk banyak pihak," kata Ricky Avenzora, doktor lulusan Universitas George August Gottingen Jerman itu.

Melalui kegiatan praktikum terpadu tersebut, kata dia, diharapkan mahasiswa dapat mengekspresikan karya mereka secara nyata dan mendapatkan pengalaman berkarya, yang secara langsung dapat dinikmati serta dinilai oleh masyarakat umum.

Kegiatan tersebut, katanya, juga diharapkan dapat menjadi salah satu tolok ukur bagi IPB tentang kinerja positif mahasiswa yang sedikit banyaknya tentu bisa memberikan citra positif bagi institusi, khususnya bagi Program Ekowisata.

Selain itu, kegiatan tersebut juga diharapkan dan akan selalu diarahkan untuk bisa memperkaya keragaman potensi wisata yang positif bagi Kota Bogor maupun bagi para wisatawan yang ada dan mengunjungi Kota Bogor.

Ia mengatakan, dengan telah diputuskannnya untuk melakukan praktikum terpadu pada skala yang lebih besar dalam berbagai mata kuliah di Program Ekowisata, maka mulai tahun 2010 setiap semester setidaknya akan ada sedikitnya tiga kegiatan praktikum terpadu yang potensial untuk menjadi kegiatan bersama pemangku kepentingan wisata Kota Bogor dalam memajukan pariwisata setempat.

Untuk itu, kerja sama dan dukungan banyak pihak adalah sangat diperlukan dan dibutuhkan oleh para mahasiswa, katanya.

Sementara itu, berdasarkan jadwal yang diterima dari panitia FSPTN 2010 menyebutkan bahwa beberapa seni dan permainan dari berbagai daerah di Nusantara, seperti dari Provinsi Sulawesu Utara, Provinsi Papua, Provinsi Bali, Provinsi Jawa Barat, Sumatra Utara ditampilkan pada acara itu.

Di samping itu, juga dihadirkan penampilan seni penyandang cacat dan wakil-wakil dari sekolah luar biasa (SLB) yang dikelola Dharma Wanita. (A035/R009)

Sumber : http://www.antaranews.com
Tinggalkan komentar anda tentang IPB Gelar Festival Permainan Tradisional Nusantara

Informasi terbaru Pekan Batik Nusantara Sukses Branding Kota Pekalongan
Pekalongan, Pergelaran nasional, Pekan Batik Nusantara (PBN) 2010 sukses membranding Kota Pekalongan sebagai pusat batik dunia dan diusulkan pada Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan. Usulan ini untuk dijadikan sebagai salah satu daerah yang masuk pada program Visit Indonesia Year.

Wali Kota Pekalongan, HM Basyir Ahmad mengatakan, pada kesempatan kegiatan penutupan pergelaran yang telah diagendakan digelar rutin setiap tahun genap, PBN telah mampu mendorong minat wisatawan luar kota berkunjung dan melihat langsung produk batik nusantara.

Pasalnya, pada kegiatan PBN, 29 kota/kabupaten dari 12 provinsi, mulai Aceh hingga Papua, turut berpartisipasi mengisi display batik di ruang pamer GOR Jetayu, Kawasan Budaya Kota Batik. "Sehingga wisatawan baik lokal maupun domestik, bisa mengetahui batik-batik nusantara secara langsung, bisa berbelanja batik di stand-stand yang digelar Pemkot, mulai BUMN sampai UKM, serta menikmati pergelaran acara pelestarian budaya batik dari leluhur Indonesia," katanya.

Tak hanya itu, Basyir mengaku kegiatan itu juga digelar untuk memperkuat pengakuan UNESCO yang memosisikan batik sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia. "Sehingga setelah mendapat pengakuan demikian, harus diperkuat dengan upaya pelestarian serta memopulerkan batik kepada masyarakat," tandas wali kota.

Kota Pekalongan yang telah dibranding sebagai pusat batik dunia, tahun depan telah mengagendakan pergelaran Pekan Batik Internasional (PBI), event itu sampai sekarang telah digelar untuk kali kedua dan tahun 2011 merupakan PBI ke-3. "Jadi kami mengharapkan Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan dapat mengusulkan Kota Pekalongan sebagai daerah kunjungan wisata pada program Visit Indonesia Year mendatang," usul Basyir dihadapan Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan Drs Tjetjep Suparman MSi.

Mengangkat Budaya
Menanggapi usulan demikian, Tjetjep mengaku sepakat, karena dia baru melihat ada kegiatan pelestarian budaya yang digelar secara khusus oleh daerah. "Pekalongan tampaknya menjadi satu-satunya daerah yang membuat kegiatan secara khusus untuk batik," ungkapnya.

Kemudian kegiatan tersebut juga diakui mampu mengangkat kesenian serta kebudayaan Kota Batik. Bahkan Tjetjep merasa terhibur oleh penampilan tarian sufi asal Timur Tengah yang digarap secara khusus oleh Bidang Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pekalongan yang mengkolaborasikan unsur Timur Tengah, gending Jawa dan batik. ( Nur Khaeruddin /CN27 )

Sumber : http://suaramerdeka.com
Tinggalkan komentar anda tentang Pekan Batik Nusantara Sukses Branding Kota Pekalongan

Informasi terbaru Gamelan Jawa Mengalun di Pegunungan Alpen Swiss
London - Tembang Jawa, Suwe Ora Jamu, mengawali konser gamelan Jawa yang digelar di panggung utama, Place du Manoir, Martigny, di pusat kota Martigny, Kanton Valais, di pegunungan Alpen, Swiss.

Konser tersebut mewakili Indonesia pada festival 5 benua "Festival des Cinq Continents" yang menampilkan berbagai macam jenis seni dan budaya dari mancanegara, demikian Pensosbud KBRI Bern Rizka Desinta dalam keterangannya yang diterima koresponden Antara London, Minggu.

Lebih dari 200 orang pengunjung ikut menyaksikan konser gamelan Jawa, yang dibawakan lima belas orang remaja, murid Sekolah Musik 1,2,3 Musique Sion, pimpinan Nicole Coppey.

Selain tembang Suwe Ora Jamu, juga mengalunan tembang Jawa lainnya seperti Kupu Kuwi dan Kagok Semarang yang turut memeriahkan konser tersebut.

Dalam sambutannya, Pimpinan Kelompok Musik, Nicole Coppey, mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan dari Kedutaan Besar RI di Bern yang telah meminjamkan Gamelan Jawa kepala kelompok musik pimpinannya.

Konser Gamelan Jawa ini bukan yang pertama kalinya digelar Kelompok Musik pimpinan Nicole Coppey. Sebelumnya, Kelompok Musik pimpinannya telah menggelar konser serupa di Sion, Montreux dan di Bern, Swiss.

Salah seorang warga Indonesia yang telah tinggal selama 29 tahun di Kota Martigny, Ida Pellaud, menyatakan sangat terharu dan bangga, dapat mendengar suara gamelan Jawa di Martigny, alunan merdu yang telah lama tidak didengarnya. (ZG/K004)

Sumber : http://www.antaranews.com
Tinggalkan komentar anda tentang Gamelan Jawa Mengalun di Pegunungan Alpen Swiss

Informasi terbaru Gamelan Jawa Mengalun di Pegunungan Alpen Swiss
London - Tembang Jawa, Suwe Ora Jamu, mengawali konser gamelan Jawa yang digelar di panggung utama, Place du Manoir, Martigny, di pusat kota Martigny, Kanton Valais, di pegunungan Alpen, Swiss.

Konser tersebut mewakili Indonesia pada festival 5 benua "Festival des Cinq Continents" yang menampilkan berbagai macam jenis seni dan budaya dari mancanegara, demikian Pensosbud KBRI Bern Rizka Desinta dalam keterangannya yang diterima koresponden Antara London, Minggu.

Lebih dari 200 orang pengunjung ikut menyaksikan konser gamelan Jawa, yang dibawakan lima belas orang remaja, murid Sekolah Musik 1,2,3 Musique Sion, pimpinan Nicole Coppey.

Selain tembang Suwe Ora Jamu, juga mengalunan tembang Jawa lainnya seperti Kupu Kuwi dan Kagok Semarang yang turut memeriahkan konser tersebut.

Dalam sambutannya, Pimpinan Kelompok Musik, Nicole Coppey, mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan dari Kedutaan Besar RI di Bern yang telah meminjamkan Gamelan Jawa kepala kelompok musik pimpinannya.

Konser Gamelan Jawa ini bukan yang pertama kalinya digelar Kelompok Musik pimpinan Nicole Coppey. Sebelumnya, Kelompok Musik pimpinannya telah menggelar konser serupa di Sion, Montreux dan di Bern, Swiss.

Salah seorang warga Indonesia yang telah tinggal selama 29 tahun di Kota Martigny, Ida Pellaud, menyatakan sangat terharu dan bangga, dapat mendengar suara gamelan Jawa di Martigny, alunan merdu yang telah lama tidak didengarnya. (ZG/K004)

Sumber : http://www.antaranews.com
Tinggalkan komentar anda tentang Gamelan Jawa Mengalun di Pegunungan Alpen Swiss