Informasi terbaru Kenapa Malacca Strait Jazz?
Pekanbaru- Perhelatan Malacca Strait Jazz bakal digelar 29-30 Juni 2007 mendatang. Perhelatan ini digelar Yayasan Riau Jazz Turbulence bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau. Sejumlah musisi jazz dunia dari Australia, Jerman, Filipina, Malaysia dan sejumlah musisi jazz Indonesia dan Riau dipastikan meramaikan perhelatan ini. Kenapa Malacca Strait Jazz?

HAL ini mungkin menjadi pertanyaan bagi masyarakat di Riau. Terlebih di Riau musik jazz bukanlah musik yang digandrungi, baik kalangan muda maupun tua, apatah lagi kalangan remaja dan anak-anak.

Ketua panitia Malacca Strait Jazz, M Gusrianto, ketika ditemui Riau Pos di Pekanbaru, mengatakan, pertanyaan semacam ini wajar-wajar saja, terlebih musik ini masih sangat asing bagi telinga masyarakat Riau. Ini bisa dimaklumi dan kami bisa memahaminya.

Dituturkannya, Selat Melaka merupakan tapak ingatan dunia (worlds plate of memory) tentang tumbuh dan berkembangnya peradaban bangsa Melayu. Bahwa Selat Melaka menjadi semacam “tabung leher” yang menghubungkan peradaban benua dunia yang berada di barat (occidental) dan peradaban dunia yang berada di sebelah timur (oriental).

Ketika menyebut Selat Melaka, sekaligus orang bisa menitip segala nilai dan kenyataan romantik apakah itu purba, klasik, kekinian dan masa depan. Bahwa di selat ini terhidang pelayaran-pelayaran tersarat di dunia dalam bentuk perdagangan laluan maritim, sekaligus bertemunya peradaban-peradaban yang diangkut melalui pelayaran itu sendiri. Di atas kapal-kapal cruise (pesiar) yang mengusung inter-continental tourism yang tak mengenal batas, maka di sepanjang selat Melakalah tersedia titik-titik romantik perhentian seperti Langkawi, Penang, Belawan, Selangor, Melaka, Dumai, Johor Bahru, Singapura hingga Bintan dan Palembang.

“Inilah titik-titik pertumbuhan tamadun Melayu yang mempengaruhi warna dunia. Selat ini menjadi taman dan media yang subur bagi perkembangan peradaban Melayu di muka bumi,” tuturnya.

Selat Melaka, adalah wadah berhimpunnya air dengan kekuatan peradaban aquatic-nya. Air menjadi anasir dominan yang mengisi bumi (70 persen). Demikianlah peradaban, siapa yang bisa menaklukkan air, terutama gelombang (wave), maka dialah yang menguasai dunia. Ingat adagium tua, Britain rule the wave, menjadi inspirasi anak-anak Birtania menaklukan dan melakukan perambahan ke sudut dan ceruk dunia. Demikianlah musik, juga harus menguasai gelombang; gelombang laut, gelombang cahaya, gelombang suara, gelombang bunyi. Riau harus bisa memanfaatkan keperkasaan jenis-jenis gelombang-gelombang itu yang tersedia dan terhidang di Selat Melaka.

Iven jazz yang gahara dan berlangsung dalam marwah yang terjulang di ranah Eropa, juga menggunakan tapak-tapak yang berdekatan dengan air laut. Di Belanda orang mengusung nama North Sea (laut utara) yang ditempel dengan diksi jazz. Sehingga North Sea adalah mata hitam, sedangkan jazz adalah mata putih, yang tak terpisahkan dalam korpus manusia modern di kontinental Eropa.

Demikianlah halnya dengan Java Jazz Festival, juga mengambil tapak ingatan sempena nama laut tempat kawasan romantik peradaban Jawa terbangun meranggi, sehingga mereka menyebutkan dengan sangat familiar, menjadi Java Jazz. Begitu pula Jak Jazz diambil sempena nama bandar besar yang bertengger di tepi tebing sebuah laut yang bergelora (laut Jawa). Begitulah, nama Malacca Strait Jazz diambil bertolak dari kesadaran perjalanan peradaban yang menyeruak melalui keperkasaan selat yang dalam sejarah merupakan selat tersibuk kedua setelah selat Channel yang memisahkan Inggris dan Prancis.

Kota-kota besar Melayu sejak dari Kuta Raja (Banda Aceh), Penang, Port Klang, Medan, Pekanbaru, Melaka, Johor Bahru, Singapura, Bintan, dan Batam adalah kota-kota yang “terberikan” oleh inayah dan kaidah selat Melaka. Nama event jazz di Pekanbaru ini, adalah sebuah cara kota di Sumatera ini mengungkapkan terima kasihnya kepada selat yang menjadi laluan nurani dan peradaban Melayu di dunia.

Sebuah kawasan yang bercita-cita mempertemukan dan menggauli segala peradaban dan kebudayaan dunia. Di sini tersemai cita-cita masyarakat terbuka, masyarakat yang gairah dengan dialog, dan cenderung membaharu (inovatif). Dan dengan cara beginilah, orang Melayu, musik Melayu, tamadun Melayu menyapa dunia.***

Sumber: Riau Pos
Tinggalkan komentar anda tentang Kenapa Malacca Strait Jazz?

0 komentar:

Posting Komentar